Tuesday, October 3, 2017

[REFLEKSI] Mengajar Teaching and Learning Mathematics (2): Hari Pertama Kuliah TLM

“Ini semua bacaan dari pertemuan pertama sampai ke enam belas sudah saya unggah di schoology, juga silabus mata kuliah ini,” kata saya sambil menunjukkan semua bahan yang telah saya unggah.


Saya melanjutkan, “Saya juga sudah membaca semua bahan-bahan ini. Jadi, boleh dong saya juga berharap kalian juga berusaha membaca bahan-bahan ini?”

Beberapa mahasiswa terlihat melongo melihat begitu banyak bacaan. Juga ada yang menyeletuk, “Wah”. Ntah  apa artinya. Saya memang punya harapan yang tinggi terhadap mahasiswa-mahasiswa saya. Inginnya, mereka bekerja keras dan belajar sungguh-sungguh di mata kuliah TLM ini. Setidaknya, bacaan dibaca dan tugas-tugas dibuat.


Dengan menunjukkan semua bahan yang telah saya unggah, secara tidak langsung saya ingin mencontohkan bahwa saya juga bersungguh-sungguh dalam merancang kegiatan belajar mengajar di mata kuliah ini. Bahan yang saya kumpulkan berasal dari berbagai buku dan saya sesuaikan dengan topik yang akan dibahas.

Di hari pertama kuliah, saya tidak langsung membahas materi kuliah. Saya membagikan silabus dan menjelaskan sekilas mengenai topik-topik yang akan dibahas di mata kuliah ini. Setengah semester pertama, fokus kegiatan belajar adalah mengenai teori-teori yang terkait belajar mengajar matematika, misalnya mengenai prinsip-prinsip dasar belajar mengajar matematika.  Setengah semester berikutnya, akan lebih terfokus pada hal-hal yang sifatnya praktis, misalnya bagaimana membaca dokumen kurikulum dan menerapkannya dalam kegiatan belajar-mengajar, apa saja model-model kegiatan belajar matematika yang menyenangkan, bagaimana mendesain RPP.

Saya juga menjelaskan mengenai berbagai kegiatan belajar dan model  asesmen yang akan digunakan di mata kuliah ini. Mahasiswa, akan sering diminta menuliskan refleksi berbentuk blog di di medium.com. Akan ada berbagai kelas yang modelnya seperti lokakarya. Di kelas-kelas tersebut mahasiswa akan mengabiskan sebagian besar waktunya beraktivitas, bukan sekadar mendengarkan dosen mengajar di depan kelas. Juga akan ada model one-to-one tutoring. Mahasiswa harus bertemu dosen satu banding satu untuk membahas tugas yang sedang dikerjakan (esai untuk ujian tengah semester dan RPP untuk ujian akhir semester). Mahasiswa juga harus mengumpulkan berbagai contoh-contoh praktek baik yang telah dilakukan guru lain untuk kegiatan belajar-mengajar matematika  dan mempresentasikannya dengan bahasa sendiri.

Saya juga membagikan post it untuk meminta mahasiswa menuliskan harapan-harapannya terhadap mata kuliah ini. Ketika akhir semester, tulisan-tulisan ini saya bacakan kembali untuk mengajak mahasiswa mengevaluasi dirinya sendiri dan mata kuliah ini. Apakah harapan-harapannya tercapai?

Contoh harapan mahasiswa terhadap mata kuliah TLM

Saya sadar, bahwa selain mengajar ‘mata kuliah TLM’’ saya juga sedang mengajar manusia-manusia yang mudah-mudahan akan menjadi guru. Mudah-mudahan ketika menjadi guru mereka juga akan menyiapkan kelas mereka dengan sungguh-sungguh
Keterangan : Ini merupakan lanjutan dari tulisan

Friday, April 7, 2017

[Professional Development] Coursera : The Future of Education

I am still in the process of finishing an online course on Coursera "The Future of Education". One of my tasks is to add an image, link or description of a famously good teacher from a novel, a movie, or any other fictional or well known context on Padlet. I decided to share about Hardy from "The Man Who Knew Infinity".

 <iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/oXGm9Vlfx4w" frameborder="0" allowfullscreen></iframe>

And this is what I wrote :




Hardy - The Man Who Knew Infinity (2016)


Lately, I saw the movie " A Man Who Knew Infinity" about an Indian Mathematician named Ramanujan. The movie was inspired by the real story of Ramanujan, an Indian Mathematician.

Hardy was Ramanujan's professor when he was studying at Trinity College, Cambridge.

Hardy is not the nice and warm kind of teacher. Sometimes he is insensitive. When Ramanujan went through hardships, such as when he was sick or when he was lonely, Hardy hardly ever noticed what Ramanujan was going through.

Since, Hardy and Ramanujan came from very different cultures, at first, Hardy had difficulties in understanding Ramanujan.

Despite that, I do think that Hardy is a good teacher. Hardy was able to see something in Ramanujan that nobody else did.

Ramanujan was "street smart". He had very few formal training in mathematics and before, was an autodidact.

Hardy was able to see that despite the lack of formal training, Ramanujan had the potential to excel in his field (mathematics).

It was true. Ramanujan was one of the best mathematician of his time.
- Dhitta Puti Sarasvati , Indonesia -

Wednesday, March 8, 2017

[REFLEKSI] Mengajar Teaching and Learning Mathematics (1)

Semester genap, tahun ajaran 2016-2017 saya memperoleh kesempatan untuk mengajar mata kuliah Teaching and Learning Mathematics (TLM) di Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan Sampoerna University.

Portal Schoology untuk mata kuliah TLM

Di kelas TLM, saya mengajar calon guru matematika. 11 orang merupakan mahasiswa pendidikan matematika tingkat pertama (semester 2). Seorang lagi dari departemen yang sama, namun merupakan ‘kakak kelas’. Karena alasan tertentu, beliau baru mengambil mata kuliah ini sekarang. Ada juga seorang mahasiswa tingkaty akhir, dari Fakultas Teknik, departemen Applied Mathematics. Bagi mahasiswa Applied Matematics tersebut, kelas ini merupakan mata kuliah pilihan. Saya pernah ngobrol dengannya, dan beliau pernah mengatakan kalau sebenarnya beliau ingin menjadi guru.

Sebenarnya, saya tidak mengajar mata kuliah ini sendirian.  Pengajar lain adalah Ibu Maryam Mursadi, juga dosen di Fakultas Pendidikan Sampoerna University. Beliau pernah menjadi guru SD dan memiliki latar belakang pendidikan berkebutuhan khusus. Saya dan Bu Mima berbagi tugas. Bu Mima mengajar mengenai topik teori pembelajaran dan perencanaan pembelajaran. Selain itu, saya yang mengajar. Bagian memeriksa tugas dan ujian juga di lakukan bersama-sama. 

Selain mengajar di kelas, di mata kuliah TLM ada sesi one-to-one tutoring yang dilakukan di luar kelas. Selama dua puluh menit, mahasiswa harus bertemu dengan dosen satu banding satu untuk mengobrol. Sesi one-to-one tutoring dilakukan dua kali. Sekali sebelum semester, untuk mendiskusikan  esai yang akan mereka tulis untuk ujian tengah semester (UTS). Sekali lagi, s untuk mendiskusikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mereka buat untuk ujian akhir semester (UAS). Sebelum UTS saya akan melakukan one-to-one tutoring dengan tujuh orang mahasiswa dan dengan enam orang sebelum UAS. Ibu Mima, sebaliknya. Sebelum UTS beliau akan melakukan one-to-one tutoring dengan enam orang mahasiswa dan dengan tujuh orang sebelum UAS.

Kami juga mengundang beberapa dosen tamu, beberapa merupakan rekan di Fakultas Pendidikan, diantaranya Bapak Budi Poniam dan Ibu Deshinta Puspa Ayu Dwi Argaswari. 

Bapak Budi Poniam dulu merupakan lulusan Fisika UI dan kemudian melanjutkan S2 di Matematika UI. Beliau pernah menjadi guru Fisika SMP dan SMA di sebuah sekolah swasta di Jakarta. Di Sampoerna University beliau mengajar mata-mata kuliah seperti Analisis Riil, Matematika Diskrit, Aljabar Linear, Aljabar Abstrak, dan lain-lain. Di mata kuliah TLM beliau akan mengisi sesi mengenai pembelajaran pembuktian dan penalaran matematika di sekolah (TK sampai SMA). 

Ibu Deshinta merupakan alumni pendidikan matematika Sampoerna School of Education (sebelum berubah menjadi Fakultas Pendidikan Sampoerna University).  Beliau sempat menjadi guru Matematika di level SMP dan SMA. Beliau sempat melanjutkan studi S2 di Pendidikan Matematika Universitas Negeri Solo (UNS). Tesisnya adalah tentang pembelajaran geometri di SMP. Untuk keperluan thesis, Ibu Deshinta mendesain satu set modul pembelajaran geometri untuk tingkat SMP menggunakan teori Van Hiele mengenai tahapan pembelajaran Geometri (menurut saya, modul itu bagus sekali dan kapan-kapan perlu diterbitkan). Di mata kuliah TLM, Ibu Deshinta akan mengisi sesi mengenai pembelajaran geometri di sekolah. 

Saya juga mengundang seorang teman dari luar kampus untuk menjadi dosen tamu di mata kuliah TLM. Namanya Pak Agung Wibowo. Latar belakang beliau sebenarnya adalah bahasa dan sastra. Namun, beliau pernah menjadi guru SD dan ‘terpaksa’ mengajar matematika. Beliau belajar kembali (re-learn) tentang matematika dan pengajaran matematika dengan membaca berbagai buku dan belajar dari beberapa pendidik yang lain. Pak Agung sudah mengajar selama lebih dari 20 tahun. Selain menjadi guru, beliau juga merupakan pelatih guru dan punya keterampilan dalam merancang kurikulum, mengembangkan modul pembelajaran, menulis buku panduan, dan sebagainya. Beliau akan mengisi sesi mengenai pengenalan kurikulum. 

Sebagai mahasiswa semester dua, belum semua calon guru ‘akrab’ dengan istilah 'kurikulum', 'tujuan pembelajaran',  'membuat indikator pembelajaran', 'merancang pembelajaran' dan 'asesmen'. Pak Agung akan berbagi mengenai caranya ‘membaca’ dan ‘memahami’ dokumen kurikulum (yang dibuat oleh pemerintah) dan membuat lokakarya mengenai bagaimana ‘menerjemahkan’ dokumen tersebut ke dalam pembelajaran di dalam kelas.


Setelah ini saya akan membuat serangkaian tulisan mengenai mata kuliah TLM ini. Saya akan menceritakan bagaimana saya mendesain pembelajarannya, menarasikan beberapa kegiatan pembelajaran di dalam kelas, menarasikan mengenai kegiatan one-to-one  tutoring, dan berbagi mengenai beberapa hasil karya mahasiswa dalam mata kuliah ini (apabila diizinkan oleh mahasiswa). Menuliskan hal-hal tersebut merupakan cara saya berefleksi mengenai pembelajaran saya. Mudah-mudahan tulisan-tulisan tersebut juga akan dinikmati oleh teman-teman pendidik lainnya. Tunggu tulisan saya yang selanjutnya yah.